Selasa, 13 Maret 2012

TIPS MEMELIHARA AYAM ARAB


PENDAHULUAN
Sebenarnya yang dimaksud ayam arab adalah Brakel Kriel-Silver, termasuk galur ayam buras yang tergolong unggul di negara Belgia.  Produktifitas Ayam Arab setara dengan ayam Leghorn rata-rata 80-90% dari populasi, kebutuhan pakannya relatif efisien yaitu 80 gr/ekor. Pertama kali dikembangkan di Indonesia di Batu Malang Jawa Timur.
Ciri-ciri Ayam Arab adalah : adalah bulu dari kepala sampai leher kecil-kecil memanjang berwarna putih, bulu pada punggung dan sayap berwarna campuran antara hitam dan rintik-rintik putih, sekilas ayam tersebut tampak seperti memakai jilbab, sifat lincah.  Ayam jantan mempunyai daya seksual yang tinggi dan perilakunya gemar kawin oleh karena itu dijuluki Ayam Arab.  Ayam jantan tubuh tegak setinggi 30 cm, bobot dewasa 1,5 – 1,8 kg, sedangkan betina dewasa tumbuh setinggi 22-25 cm, bobot dewasa 1,1 – 1,2 kg.  Produksi telur 280 butir/tahun dan mempunyai sifat tidak mengeram.
PEMILIHAN CALON INDUK ,                               Calon induk yang memenuhi persyaratan :
a.      Calon induk penghasil telur tetas dipilih dari induk yang sudah pernah bertelur.
b.      Penampilan prima, badan lansing bagian perut tampak seperti kantung yang berat.
c.      Perilaku lincah dan tidak kanibal.
d.      Bulu badan tebal mengkilat, fisik sempurna.
e.      Kemampuan dan daya tetas telurnya tinggi.
f.        Mata tajam, bulat dan bersinar serta paruh pendek.
g.      Kloaka dalam dan lunak, menandakan tidak ada penimbunan lemak dalam tubuh.
h.      Rongga perut diantara tulang dada dan tulang sumpit berjarak 4-5 jari.

P8080025.JPGPEMILIHAN PEJANTAN 













Calon pejantan harus memenuhi persyaratan :
a.      Penampilan bagus dan tidak cacat tubuh.
b.      Mata bulat, jenggger tegak, besar, merah menyala.
c.      Badan tegak, gagah, kokoh tidak terlalu gemuk.
d.      Sifat agresif, agak liar.
e.      Bulu badan bagus dan mengkilat.
f.        Sayap kuat dan bulu rapi.
g.      Kaki kokoh, kuat, tegar dan bersisik teratur.

PEMELIHARAAN                                             Pemeliharaan Ayam Arab dapat dilakukan :
a.       Pemeliharaan sebelum bertelur
·         Pada umur 3-4 bulan diberi pakan berupa konsentrat grower ditambah hijauan, kebutuhan pakan perekor dalam satu hari 50-60 gr.  Pakan diberikan 2 kali sehari.
·         Pada umur 4 - 5 bulan diberi pakan berupa konsentrat layer, kebutuhan pakan per ekor dalam satu hari sebanyak 70-80 gr dan ditambah hijauan.  Pakan diberikan 2 kali sehari.

b.      Pemeliharaan selama bertelur
·         Memasuki umur 5 bulan (masa bertelur) pemberian pakan harus ditingkatkkan.  Pemberian pakan 70 - 80 gr per ekor perhari dan ditambah hijauan.

KANDANG
Sistem kandang ada 3 macam yaitu kandang sistem postal, litter dan battery.  Ayam Arab sebagai penghasil telur sebaiknya dipelihara dalam kandang battery  agar produktifitasnya maksimal, sedangkan sebagai penghasil bibit sebaiknya dipelihara dalam kandang sistem litter agar ayam dapat bebas kawin dalam kelompoknya dan menghasilkan telur tetas yang daya tetasnya tinggi.  Untuk kandang sistem  postal biasanya digunakan untuk memelihara anak ayam (DOC).
PAKAN
Kebutuhan pakan dapat dibedakan atas beberapa fase pertumbuhan yaitu :
a.       Kebutuhan pakan ayam berumur 0-1 bulan.  Pakan diberikan dalam bentuk tepung halus dengan formulasi campuran 50% jagung + 25% bekatul + 25% konsentrat pabrik yang mengandung protein 37%, untuk 100 kg pakan formulasi dicampur dengan 0,5 gram vitamin dan mineral seperti Topmix.  Kebutuhan pakan DOC adalah 5 gr/hari/ekor selama seminggu dan meningkat 5 gr/hari/ekor setiap minggu berikutnya.  Air minum diberikan secara adlibitum.
b.       Kebutuhan pakan ayam umur 1-2 bulan.  Pakan diberikan dalam bentuk tepung kasar dengan formulasi campuran 45% jagung + 35% bekatul + 20% konsentrat pabrik yang mengandung protein 18-19%.  Per 100 kg pakan formula ditambah 0,5 kg Topmix dan 0,5 kg Starbio Plus untuk meningkatkan mutu pakan.  Kebutuhan pakan 25-45 gr/hari/ekor.  Air minum diberikan secara adlibitum.
c.       Kebutuhan pakan ayam umur 2 - 3,5 bulan.  Pakan diberikan dalam bentuk tepung kasar atau pelet dengan formulasi campuran 40% jagung + 45% bekatul + 15% konsentrat pabrik yang mengandung protein 28-31%.    Kebutuhan pakan 45-60 gr/hari/ekor.  Air minum diberikan secara adlibitum.
d.       Kebutuhan pakan ayam umur 3,5-5,5 bulan.  Pakan diberikan dalam bentuk tepung kasar atau pelet dengan formulasi campuran 40% jagung + 35% bekatul + 25% konsentrat pabrik yang mengandung protein 14-16%.  Kebutuhan pakan 60-80 gr/hari/ekor.  Air minum diberikan secara adlibitum.
e.       Kebutuhan pakan ayam umur 5,5 bulan ke atas.  Pakan dapat diberikan dalam bentuk tepung kasar atau pelet dengan formulasi campuran 45% jagung + 25% bekatul + 30% konsentrat pabrik yang mengandung protein 28-30%.  Kebutuhan pakan 80 gr/hari/ekor untuk menghasilkan telur tetas dan 70 gr/hari/ekor untuk menghasilkan telur konsumsi. Air minum diberikan secara adlibitum.


PENYAKIT
Terdapat beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ayam arab yaitu :
a.       Tetelo (New Castle Disease)
Penyebab : Virus Myxovirus Multivormis.  Gejala :  sulit bernafas, batuk, bersin, lesu, sayap terkulai, leher terpelintir, dengan kepala terangkat ke atas, tinja encer berwarna hijau bercampur darah.
b.       Gumboro / IBD (Infectius Bursal Disease)
Penyebab : Virus IBD (Infectius Bursal Disease).  Gejala : badan gemetar, sukar berdiri, diare berlendir dan bulu kotor di sekitar anus.  Pencegahan : Sanitasi kandang, dan vaksinasi.  Pengobatan dengan menggunakan antibiotik seperti sulfanamides dan nitrofurans. 
c.       Mareks  (Leucosis Acuta)
Biasanya menyerang pada anak ayam umur 3-4 minggu.  Penyebab : Virus.  Gejala : jengger pucat, kelumpuhan pada sayap dan kaki, kebutaan, terjadi tumor di bawah kulit dan otot.  Pencegahan : dilakukan vaksinasi cryomarex HVT pada anak ayam yang baru menetas atau  cryomarex rispens  dengan dosis 1,2 ml.

AYAM BURAS


AYAM BURAS (,Kampung)        
 Ayam kampung atau disebut ayam  bukan ras ( BURAS ) yang banyak dipelihara oleh masyarakat dipedesaan maupun di perkotaan.
Pertumbuhan ayam kampung /buras bila dibandingkan dengan ayam ras memang lebih lambat, selain itu produktifitas telur lebih rendah. Tetapi dari segi permintaan pasar, harga dan manajemen pemeliharaannya jauh lebih unggul. Hal ini dilihat dari kebutuhan pasar ayam kampung belum terpenuhi, harga jual produksi selalu naik, penyakit yang menyerang relatif lebih sedikit. Karena daya tahan tubuh ayam kampung yang lebih baik dibandingkan ayam ras sehingga manajemen pemeliharaannya lebih sederhana.
            Salah satu faktor yang mengganggu lingkungan dari pemeliharaan  ayam kampung adalah kotoran ayam tersebut. Kotoran ayam ini dapat mengundang lalat, sehingga mangganggu lingkungan sekitar.
            Untuk menghilangkan atau paling tidak dapat mengurangi  bau kotoran ayam tersebut digunakan beberapa cara antara lain “ Pembuatan Fermentasi Pakan Ayam dan Pembuatan Jamu Ayam “

  1. Pembuatan Fermentasi Pakan

Untuk mengoptimalkan pakan dapat dilakukan pembuatan
fermentasi pakan. Manfaat penggunaan fermentasi pakan adalah :
Mengurangi bau kotoran ayam dan mengurangi bau tengik yang berasal dari dedak padi yang sudah lama.
Dengan bau pakan yang segar ( setelah dicampur dengan fermentasi pakan) nafsu makan ayam akan semakin tinggi.

Cara pembuatan :

I. Siapkan kotoran ayam, kemudian kotoran ayam dujemur sampai betul-betul kering, selanjutnya ditumbuk / digiling dan diayak pakai kawat kasa. Kemudian sediakan dedak halus 10 kg + kotoran ayam kering halus 10 kg. Kedua bahan tersebut dicampur sehingga merata.
II.    Tambahkan M-Bio ¼ liter  +  ¼ liter tetes/gula pasir + air sumur 10 liter.  Ketiga macam bahan tersebut harus difermentasikan terlebih dahulu selama  24 jam. Selanjutnya untuk membuat adonan semua bahan ditempatkan dalam wadah drum plastik dan ditutup rapat selama 4 hari.


Perhatian :

Semua jenis pakan kalau sudah dicampur dengan pakan fermentasi harus sekali habis, tidak boleh disisakan untuk besok hari.
Fermantasi pakan yang berasal dari kotoran ayam dan dedak kalau sudah jadi dapat disimpan selama 1 (satu) bulan disimpan di tempat teduh.

  1. Pembuatan Jamu Ayam

Disamping vaksin, ayam perlu diberikan obat-obatan tradisional
untuk memperkuat daya tahan dan kesehatannya, dengan cara pemberian dicampurkan pada air minumnya. Sedangkan ampas jamu dapat dijemur hingga kering kemudian bisa digunakan sebagai campuran pakan.
Fungsi dari jamu untuk minum tersebut adalah untuk mengurangi bau kotoran ayam.

Cara Pembuatan :
Bahan – bahan yang dibutuhkan yaitu :
> Kencur                                 :  1       kg
> Bawang Putih                       :  1       kg
> Jahe                                     : 0,5     kg
> Lengkuas                             : 0,5     kg
> Kunyit                                  : 0,5     kg
> Daun Sirih                            : 0,25   kg
> Temu Lawak                        : 0,5     kg
> Kayu Manis                         : 0,25   kg

Bahan-bahan tersebut dikupas dan kemudian dibelender hingga halus dengan ditambah air bersih yang berasal dari sumur secukupnya. Jika proses belender sudah selesai tinggal disaring dan diperas.
            Komposisi diatas dapat ditambahkan dengan bengkoang dengan tujuan agar bulu ayam tetap mengkilat, terlihat awet muda walaupun sebenarnya ayam sudah umur tua.
            Air perasan + 1 liter air gula, + M-Bio sebanyak 1 liter, aduk sampai rata dan berwarna coklat kemudian ditambah dengan air bersih  hingga volume mencapai 40 liter. Adonan sebanyak 40 liter tunggu difermentasikan selama 6 hari.

Caranya ?
Diamkan didalam jeregen atau drum plastik yang tertutup rapat dalam ruang yang sejuk. Sehari sekali  dikocok dan dibukakan selama 5 menit kemudian ditup lagi begitu seterusnya selama 6 hari, pekerjaan membuat jamu sudah selesai.
            Cara penggunaan cukup mudah, ambil air bersih 10 liter, campurkan 50 cc ( 5 sendok makan). Setelah tercampur merata berikan pada ayam untuk diminum setiap hari / selalu tersedia sepanjang hari. Dalam beberapa hari kita akan melihat hasilnya yaitu  : Kandang ayam tidak bau disamping itu ayam akan terlihat sehat dan pertumbuhan yang optimal.
            Pembersihan kandang harus intensif untuk mencegah masuknya penyakit disamping itu komponen / peralatan kandang harus selalu terjamin kebersihannya, segera dicuci setelah digunakan.


BUDI DAYA KELINCI

BUDI DAYA KELINCI I. Pendahuluan Pada tahun 1982 pemerintah pernah menganjurkan agar kelinci dikembangkan sebagai ternak sumber daging untuk meningkatkan mutu gizi masyarakat. Hewan berkuping panjang ini memiliki peluang bisnis yang sangat menarik, terutama ternak kelinci sebagai sumber daging konsumsi, fur ( kulit dan bulu ), dan binatang kesayangan. Pola hidup kelinci hampir sama dengan tikus. Budidya dengan manajemen yang sederhana, kelinci dapat dikembangkan sebagai salah satu agribisnis alternatif dalam bentuk perusahaan peternakan. Jenis dan kerabat Kelinci yang dikenal di Indonesia antara lain : Pika – Marmut – Terwelu - Kelinci II. Pemilihan Bibit Bibit yang baik dalam budidaya ternak kelinci, tergantung pada tujuan budidaya apakah sebagai penghasil wool (bulu), fur (bulu dan kulit), daging, dwiguna (daging dan kulit), binatang kesayangan dan atau ternak hias. Maka diperlukan bibit dengan karakter / type yang sesuai, sehat dan lincah, ukuran kepala dan badang sesuai/imbang serta produktif. Tanda penampilan luar / exterior :  Telinga tegak, bersih  Mata bersinar, bersih  Hidung kering, bersih  Mulut kuat, kering  Badan bulat, dada lebar, padat dan singset  Bulu halus mengkilap  Kaki kokoh, otot paha tebal  Ekor tegak dan kering III. Pakan Jenis, jumlah dan mutu pakan yang diberikan sangat menentukan pertumbuhan, kesehatan dan perkembang-biakannya. Jenis pakan yang diberikan : o Hijauan o Hay o Biji-bijian o Umbi-umbian o Konsentrat Kelinci mempunyai sifat caecotrophy ( memakan kotoran sendiri ) maka sebaiknya jenis pakan hijauan jangan diberikan dalam bentuk segar. Bahan pakan dipilih yang disukai ternak, mudah didapat, murah tetapi kandungan nutrisinya cukup sesuai kebutuhan hidup, bersih, dan tidak busuk. Pemberian pakan dua atau tiga kali sehari, mengingat sifat kelinci sebagai binatang malam, maka volume pemberian pakan terbanyak diberikan pada waktu sore atau malam hari. Persediaan air minum yaitu air yang bersih mutlak diperlukan, terutama ketika mengkonsumsi pakan kering seperti konsentrat, pelet, hay, biji-bijian dan limbah hasil pengolahan pertanian seperti dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan bungkil kedelai. IV. Kandang dan Perlengkapannya A. Lokasi Apapun bentuk dan ukuran kandang, penempatan kandang kelinci membutuhkan lokasi yang mendapat sinar matahari pagi, sejuk, ventilasi sempurna, tempat kering, lingkungan tenang dan tak jauh dari rumah. B. Lantai Kandang Lantai kandang dapat dibuat dari bambu atau kayu, kawat , tanah. Bila lantai kandang dari bambu, bagian kulitnya dipasang menghadap keatas, bila lantai kandang dari kayu, kisi-kisinya diatur berjarak 2 – 3 cm sehingga air kencing dan kotoran dapat langsung jatuh. Bila lantai kandang dari tanah, sebaiknya dilapisi batu bata atau semen. Dengan lantai yang keras dan kering, kelinci tidak akan membongkar-bongkar tanah. Bila menggunakan kawat, ada sebagian yang terbuat dari lembaran papan. Lantai kawat sangat melelahkan otot-otot kaki kelinci, dengan adanya lembaran papan dapat digunakan untuk beristirahat. Lantai kandang dari kawat yang paling ideal, karena kotoran kelinci dapat langsung jatuh keluar kandang, lantaipun tetap kering tidak lembab yang diakibatkan karena air kencing dan air minum yang tumpah. C. Konstruksi Kandang Bangunan kandang dapat dibuat dari kayu dan dinding kawat. Tiap ruang kandang cukup luas untuk menampung seekor induk dan anak-anak yang lahir sanpai saatnya penyapihan. Ukuran kandang : - Tipe kelinci Ringan : 120 x 75 x 40 cm - Tipe kelinci Sedang : 150 x 75 x 45 cm - Tipe kelinci Berat : 180 x 75 x 50 cm Untuk memudahkan pengelolaan dan menjaga kebersihan, pintu kandang harus cukup besar sehingga dengan mudah untuk mengeluarkan dan memasukkan sangkar, tempat pakan, tempat minum dan keperluan lainnya. Ukuran pintu kandang minimal 35 x 40 cm. Satu petak kandang ukuran tersebut diatas dapat dihuni sepasang kelinci dara atau dewasa yang dijodohkan. Kalau pejantan dan induk betina akan dipisahkan dalam satu petak kandang, maka bagian tengah kandang harus dibatasi dengan dinding papan tertutup rapat. Kedua induk hidup bersebelahan tetapi tidak saling melihat. Bagi pejantan, kandang itu bisa juga digunakan untuk mengawini betina yang sewaktu-waktu dimasukkan. Satu petak kandang ukuran tersebut diatas dapat dihuni anak kelinci lepas saih 4 – 10 ekor. Anak kelinci disapih ketika berumur 42 – 56 hari, dan dapat dipelihara lebih lanjut sampai umur 4 – 6 bulan. D. Sarana Kandang 1. Kotak sangkar, Sebagai tempat yang nyaman bagi induk yang melahirkan, sekaligus tempat berlindung bagi anak-anak kelinci yang baru dilahirkan. Ukuran kotak sangkar ; 30 x 30 x 40 cm, dengan ukuran lubang pintu 15 x 20 cm, yang terletak setinggi 10 cm dari alas/dasar kotak sangkar. Agar anak kelinci tidak keluar sangkar sebelum waktunya. 2. Tempat Pakan dan Minum Bentuk dan bahan bisa bervariasi, ukuran wadah minimal sedalam 7 – 10 cm, dengan diameter 15 – 20 cm. Wadah mudah dipasang dan diambil, tetapi usahakan tidak mudah digulingkan oleh kelinci. 3. Perlengkapan lain Sarana perlenkapan yang harus tersedia seperti sikat / sapu lantai, sisir untuk merapikan bulu timbangan bobot badang untuk mengetahui pertumbuhan/berat badan. Pada saat induk akan melahirkan, perlu disediakan jerami secukupnya untuk penyusunan sarang dalam kotak sangkar menjadi alas tidur bagi anak-anaknya. V. Perkembang-biakan  Kelinci dapat melahirkan empat kali dalam setahun,  Sekali melahirkan 6 – 12 ekor anak.  Induk / betina berproduksi sampai umur 6 tahun,  Dewasa Kelamin, kelinci berbeda beda tergantung ras dan jenis kelamin. Betina pada umumnya lebih cepat dewasa kelamin dibandingkan dengan yang jantan  Tanda-tanda Birahi  Data Biologis Kelinci : -Lama Hidup : 5 – 10 tahun -Lama produksi : 1 – 3 tahun -Lama bunting : 28 – 35 hari -Lama penyapihan: 6 – 8 minggu -Umur dewasa : 4- 10 bulan -Umur dikawinkan : 6 – 12 bulan -Kawin sesudah beranak : 1 minggu setelah anak disapih. -Siklus kelamin : poiestrus dalam setahun bisa 5 kali bunting. -Siklus birahi : sekitar 2 minggu -Periode estrus : 11 – 15 hari -Ovulasi terjadi pada hari kawin (9–3 jam kemudian ) -Fertilitas : 1 – 2 jam sesudah kawin -Volume darah : 40 ml/kg berat badan. -Bobot badan rata-rata dewasa Kelinci tipe sedang : 4 kg VI. Penyakit Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit cukup tinggi berkisar 15 – 40 %. Dengan beberapa faktor penyebab antara lain : kelengahan sanitasi kandang , kualitas dan kuantitas pakan kurang, air minum yang kotor dan kurang (kering), zat nutrisi jelek, tertular dari kelinci lain yang sakit, maka kelinci yang ada gejala sakit sebaiknya segera pisahkan dan dikarantinakan untuk dirawat tersendiri. Beberapa penyakit yang sering menyerang : 1.Enteristis Kopleks, menyerang alat pernafasan, korbannya pada anak kelinci yang masih menyusu. Gejalanya ; kembung, mencret, diarhe, posisi membungkuk, tinja seperti jelly. Pengobatan ; singkirkan pakan hijauan, ganti pakan dengan hay dan ganti jua air minum yang dicampur antibiotik 2. Pasteurellosis, sering menyerang pada alat pernafasan kelinci dewasa. Penyebabnya adalah kuman pasteurella multoksida. Pencegahannya dengan kebersihan kandang, ventilasi yang baik. 3.Young Doe Syndrome, terjadi pada kelinci-kelinci betina kelompok kelahiran pertama dan kedua. Gejalanya bengkak pada kelenjar susu, luka pada puting susu sehingga induk tidak mau menyusui anaknya. Pengobatan ; dengan suntik penicillin, oxylin, dexatozoon, sulfastrong. 4. Koksidiosis, biasa menyerang kelinci yang dipelihara diatas lantai tanah. Penyebabbya jenis kuman parasit yang menyerang ususatau hati. Gejalanya; badan kurus nafsu makan turun dan lesu, gigi berkerot-kerot, berak mencret berapur darah atau lendir putih. Pengobatan dengan obat-obat yang mengandung sulfa , tetracyclin Noxal dan atau Stop diare. Sanitasi kandang dilakukan dengan ketat. 5. Sembelit, tidak bisa berak kencing sedikit sekali, gelisah Berikan pakan seibang air minum cukup, tambahkan v itamin dan mineral. 6. Cacingan 7. Makan Bulu, pertanda pakan yang disajikan kurang mengandung protein dan serat kasar terutama pakan hijauan . 8 Kanibal, pandangan liar dan beringas, pertanda pakan Dan air minum yang disajikan kurang baik gizinya dan jumlahnya.

PROSES AMONIASI JERAMI PADI


            Usaha ternak ruminansia (memamah biak) sumber pakan  utamanya adalah hijauan. Sebagian besar komponen usaha ternak pada ketersediaan pakan yang cukup baik mutu maupun jumlahnya, serta didukung dengan pola yang tepat dan sesuai.
            Salah satu faktor teknis yang menghambat perkembangan ternak adalah faktor penyediaan pakan. Tersedianya hijauan disetiap daerah dan sepanjang tahun tidak merata, terutama pada musim kemarau.
            Jerami padi merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak serta mudah diperoleh dengan harga murah. Namun pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sangat terbatas karena kandungan silikat, sehingga sulit dicerna oleh ternak sapi.
            Untuk meningkatkan manfaat jerami padi sebagai pakan ternak dilakukan dengan amoniasi menggunakan Urea.  Dengan penambahan Urea diharapkan nilai gizi jerami tersebut bertambah.

Keuntungan Pemanfaatan Jerami Padi
1.      Menambah persediaan bahan pakan dan peluang untuk meningkatkan populasi ternak.
2.      Menghindari kekurangan pakan  di daerah-daerah tertentu dimusim kemarau.
3.      Meningkatkan produksi ternak melalui pengolahan nilai cerna jerami akan lebih baik sehingga pertumbuhan ternak juga lebih baik.
4.      Mengurangi pencemaran dan pengrusakan lingkungan. Pengolahan jerami padi yang kurang baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, seperti jerami dibakar di sawah, sungai atau dibuang sembarangan.

            PROSES AMONIASI JERAMI PADI
           
            Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian (pada umumnya jerami padi) dengan cara menambah bahan kimia berupa Urea  CO(NH2)2.
            Keuntungan pemakaian urea untuk amoniasi adalah sangat mudah diperoleh di setiap tempat, harganyapun relatif murah, mudah ditangani, tidak beracun dan memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi ( 46% ). Dengan demikian teknologi ini mudah diterapkan dan dikembangkan dimanapun sampai di tingkat pedesaan.
            Urea yang diperlukan dalam proses amoniasi adalah sebanyak  4 kg untuk setiap 100 kg jerami. Bahan lain yang diperlukan adalah aiir yang berfungsi sebagai bahan pelarut yang jumlahnya sangat bergantung pada jumlah jerami yang akan di amoniasi.
Sebagai patokan, setiap 1 (satu) kilogram jerami membutuhkan 1 (satu) liter air. Jerami yang akan diamoniasi sebaiknya dipotong-potong, 10–15 Cm.


Prosedur/Langkah-Langkah Pembuatan
1.            Buat dinding pembatas dengan ukuran panjang 2 M, lebar 1 M dan  tinggi 1 M, atau kelipatannya sebagai tempat (pit) amoniasi.
2.            Lapisi lantai dan dinding dengan lembaran plastik.

3.            imbang jerami yang akan diamoniasi  (misalnya  10 kg )
4.            Hamparkan jerami diantara dinding pembatas.
5.            Larutkan Urea (400 gram) kedalam
       10 ltr air.
6.            Siramkan secara merata pada hamparan jerami dengan menggunakan gembor, sedikit demi sedikit.
7.            Lakukan pemadatan dengan cara diinjak-injak.
8.            Ulangi (langkah 3 dan seterusnya) huingga tempat pembuatan (pit) terisi penuh.
9.            Tutup bagian atas dengan lembaran plastik agar terhindar dari  curahan air hujan.
10.        Biarkan selama 7 hari.
11.        Setelah 7 hari, jerami hasil  amoniasi  dapat dibongkar dan siap diberikan kepada ternak.


CATATAN :
Sebelum diberikan / digunakan sebagai pakan ternak, jerami hasil amoniasi tersebut harus diangin-anginkan terlebih dahulu